Rain 2
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin & Oh Sehun
Happy reading ^^
Sehun mengambil bola yang menggelinding dan berhenti tepat
dikakinya. Dan Soojung—si pengejar bola itu tampak tak bereaksi apa-apa selain
mulutnya yang menganga karena terkejut. Sehun tertawa geli lalu melangkah
mendekati Soojung.
“Kau lucu.” Ucap Sehun dengan tersenyum manis sembari menyerahkan
bola itu pada Soojung. Tapi bukannya segera mengambil bola yang sudah
disodorkan itu dan mengucapkan terima kasih, Soojung malah bersuara yang tidak
seharusnya ia keluarkan dari tenggorokannya.
“Mwooo?” ucap Soojung sangat keras dengan mata yang membulat. Ia
sangat terkejut ketika Sehun mengatakan jika ia lucu. Namun sedetik kemudian ia
bersikap senormal mungkin karena beberapa orang kini tengah berkasak-kusuk
menyebut namanya. Bagus. Sekarang ia menjadi perhatian orang-orang karena
interaksinya dengan Sehun yang notabene adalah sang Ice Prince. Sehun terlihat
sedikit terkejut dengan sikap spontan Soojung namun kamudian Sehun malah
tersenyum yang membuat Soojung tambah heran. Tentu saja heran, Sehun sangat
murah senyum padanya dan tidak untuk gadis lain. Sama sekali tidak.
“Kau mengejar bola seperti anak kecil. Itu lucu, Jung Soojung.”
Sehun semakin mendekat kearah Soojung dan kembali menyodorkan bola. Kali ini
Soojung menerimanya.
“Kau bisa mengucapkan terima kasih lain kali saat kau sudah
benar-benar ingin mengatakannya.” Dan Sehun tersenyum geli sebelum meninggalkan
Soojung yang membeku.
Ya tuhan, Sehun jauh lebih tampan dijarak yang begitu dekat.
“Soojung..” Seulgi menarik lengan Soojung membuat Soojung kembali
dari kebekuannya.
“Kita semua menunggu bolanya dan kau malah mengobrol dengan Sehun.”
“Ya!!! Aku tidak mengobrol. Dia hanya menyerahkan bola ini.”
Sanggah Soojung tak terima sambil mengangkat-angkat bola.
“Sama saja. Ngomong-ngomong dia bicara apa?”
“Kau marah-marah tapi akhirnya penasaran juga.” Soojung meledek
Seulgi dan tertawa melihat ekspresi sebal milik Seulgi.
“Jung Soojung!! Kang Seulgi!! Lari mengelilingi lapangan satu kali
karena kalian tidak serius dengan olahraga ini.” suara Minho Songsaenim
menggelegar membuat kedua gadis yang namanya disebut itu membelalakknan mata
tak percaya.
“Cepat! Atau kalian akan mendapakan nilai D.” Dan tidak ada pilihan
lain bagi mereka selain berlari. Dan bukan Soojung serta Seulgi namanya jika
tidak saling bertengkar dan saling menyalahkan.
.
.
.
“Eonni...” Soojung mengetuk pintu kamar kakaknya. Tapi tak ada
sahutan dari dalam. Dengan hati-hati—karena nampan yang ia pegang, Soojung
membuka pintu yang tak terkunci itu. Ternyata sang kakak sedang tidur. Soojung
meletakkan nampan yang ia bawa dimeja lalu duduk disamping kakaknya yang
terlihat sangat lelap itu. Ia tersenyum sambil merapikan anak rambut didahi
kakaknya.
“Eonni cepat sembuh ya? Jika dia mencintai Eonni, dia pasti akan
datang lagi pada eonni.” Soojung mengecup puncak kepala kakaknya sebelum
beranjak dari duduknya untuk kembali kekamarnya yang terletak tepat disamping
kamar kakaknya.
Soojung mengikat rambutnya asal-asalan sebelum ia merebahkan
tubuhnya diatas ranjang. Kakinya terasa sangat lelah karna harus berlari
mengitari lapangan.
Drrttt drrrttt
Ponselnya bergetar. Soojung melihat layar ponselnya yang
menampilkan ada sebuah pesan. Soojung memutar bola matanya malas saat mengetahui
Kang Seulgi lah yang mengiriminya pesan.
“Yaa!!! Penyihir ayo kita kerumah Jongin bersama Chanyeol.” Seperti
itulah pesan yang Seulgi kirimkan. Soojung terlihat berbinar namun sedetik
kemudian raut wajahnya terlihat sebal.
“BIG NOOOOOO!!!!” Soojung menulis balasan untuk Seulgi. Ia terlalu
malas untuk menemui Jongin setelah insiden ‘diacuhkan’ dijalan menuju toilet
tadi.
“Wae?” Seulgi bertanya lagi dalam pesannya. Kali ini Soojung
mengacuhkan pesan sahabatnya itu dan memilih untuk mengistirahatkan kakinya
yang terasa ingin lepas dari tubuhnya.
“Hari ini sangat melelahkan” gumam Soojung pelan sebelum matanya
terpejam.
.
.
.
.
Sehun menghentikan laju motornya saat melihat sesosok gadis berdiri
disamping mobil yang sepertinya sedang mengalami gangguan. Gadis itu gelisah
terlihat dari tingkahnya yang sedikit-sedikit melirik jam yang melingkar
ditangannya. Sehun berusaha menajamkan pandangannya. Dan benar. Gadis itu
adalah Jung Soojung, gadis yang akhir-akhir ini selalu menyita pikirannya.
Sehun tersenyum lalu menyalakan motornya lagi dan menghampiri Soojung.
“Hai..” sapa Sehun membuat Soojung berbalik arah dan cukup terkejut
ketika melihat Sehun tengah tersenyum sangat manis padanya---seperti senyum
kemarin. Sehun melepas helmnya yang tadi hanya ia buka bagian kacanya saja.
“Ada masalah apa?” Sehun bertanya dengan senyum yang masih tercetak
dibibirnya.
“Sepertinya sedang ada masalah dengan mobil ini dan ahjussi sedang
memeriksanya.” Soojung membalas senyum Sehun. Kali ini tidak canggung seperti
kemarin.
“Kurasa kau akan terlambat jika menunggu itu selesai diperbaiki.
Kau ingin berangkat bersamaku?” Sehun menunggu jawaban Soojung yang tampak
sedang menimbang-nimbang. Ini Oh Sehun. Bukan yang lain. Dan apa jadinya jika
orang-orang menganggap mereka berkencan lalu Soojung akan dibully habis-habisan
para penggemar Sehun? Ini bukan ide yang bagus tapi terlambat dipelajaran
fisika malah jauh lebih buruk.
“Tapi kumohon berhenti sampai depan sekolah saja Sehun. Aku.. aku
taku.....”
“Ya aku janji. Cepatlah naik atau kita akan terlambat bersama.”
Akhirnya dengan pertimbangan yang sangat matang Soojung naik dimotor besar
Sehun.
“Sehun.. sehun.. berhenti.” ucap Soojung saat motor yang mereka
kendarai sudah hampir mencapai gerbang sekolah. Sehun dengan sangat berat hati
menuruti kemauan Soojung. Ya. Ia harus bisa membuat Soojung memandangnya
sebagai sosok yang dapat dipercaya dulu jika ingin membuat gadis itu jatuh
dalam pesonanya.
“Kau yakin turun disini?” Sehun memastikan keinginan Soojung ketika
gadis itu turun dari motornya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
“Ya. Aku akan berlari.” Sehun ingin protes tapi gadis berambut
cokelat itu sudah berlari duluan. Sehun memandang Soojung yang tengah berlari.
Rambut cokelatnya sedikt berkibar karena guncangan keras saat ia berlari.
Diam-diam Sehun tersenyum. Bukan senyum manis seperti beberapa waktu yang lalu.
Tapi senyum yang sedikit sulit untuk diartikan. Entahlah. Senyum Sehun memang
seperti sebuah misteri.
.
.
.
Kim jongin tertawa mendengar cerita dari Naeun. Gadis berambut ikal
itu terlihat bercerita sambil bergelayut manja dilengan Jongin. Tidak jarang
juga Naeun menyentuh pipi Jongin dengan manja. Park chanyeol masuk kedalam
kelas dan sangat terkejut ketika melihat skinship antara Jongin dan Naeun.
Seingat chanyeol, dulu Jongin tidak pernah seperti itu. Jongin sangat membatasi
hubungan dengan teman wanita dan teman wanitanya hanya ada Soojung dan Seulgi.
Itupun tidak pernah melakukan kontak seintim itu.
Naeun terlihat terkejut dengan kedatangan Chanyeol, gadis itu
segera melepaskan pelukannya dilengan Jongin tapi Jongin justru memeluk pundak
Naeun. Chanyeol membelalakkan matanya.
“Hal seperti ini sangat wajar di amerika.” Seakan tahu apa yang ada
dipikiran Chanyeol, Jongin menjelaskannya dengan seringaian dibibirnya.
“Aku kembali kekelasku ya, Kai?” Naeun beranjak dari duduknya.
“Jangan lupa nanti malam, baby.” Ucap Jongin seraya melepas rangkulannya.
“Kau mengganggu saja.” Celetuk Jongin pada Chanyeol setelah Naeun
sudah tak terlihat.
“Sepertinya Soojung dan Seulgi akan menjauhimu. Kau tahu sendiri
bukan, mereka berdua sangat membenci lelaki seperti itu.” Jongin hanya tertawa
mendengar penuturan Chanyeol.
.
.
.
.
“Ya!!! Park Chanyeol!!!” teriak Soojung saat Chanyeol tiba-tiba
mengambil roti yang akan Soojung makan.
“Aku lapar.” Roti itu kini sudah Chanyeol gigit dan pemuda jangkung
itu sekarang duduk disamping Soojung.
“Kalian selalu saja seperti itu.” Seulgi tertawa menertawakan
Soojung dan Chanyeol yang saling pukul. Tentu saja pukulan kecil.
“Ngomong-ngomong dimana Jongin?” seulgi kembali bersuara, membuat
Soojung dan Chanyeol menghentikan pertengkaran kecil mereka.
“Dia sedang bersama Hyuna dikelas.”
“Hyuna?” Soojung terkejut. Hyuna adalah salah satu gadis paling
seksi disekolahnya dan tentu saja Hyuna hanya mau bergaul dengan orang-orang
populer. Tapi Jongin? Pemuda itu kan cukup pendiam dan tak akan mau bergaul
dengan orang macam Hyuna?
“Ya. Kai sudah sangat berbeda. Kini tingkat keplayboyannya sudah
melebihi aku. Tadi bersama Gayoung dan sekarang bersama Hyuna.” Chanyeol
menjelaskan dengan mulut penuh makanan milik Soojung.
“Kai?”
“Dia bahkan tidak mau dipanggil Jongin. Katanya itu terdengar aneh
karna sudah terbiasa dengan panggilan Kai saat di amerika.”
“Anak itu benar-benar...” Seulgi menggantungkan kalimatnya dan
matanya sedang terbelalak kaget memandang kearah pintu masuk kantin. Soojung
dan Chanyeol langsung menoleh kebelakang dan mata mereka menangkap Jongin
sedang berjalan dengan Hyuna yang menggelayut manja dilengan kiri Jongin.
“Heol...is he crazy?” Soojung kini menatap Chanyeol yang tampak memasang
muka---jangan tanya aku.
Seulgi tersenyum geli menatap Soojung yang tampak sangat tidak
suka. Hanya Seulgi yang tahu cerita sebenarnya. Hanya Seulgi yang tahu bahwa
Soojung sangat menyukai Jongin. Ya. Chanyeol dan Jongin tidak pernah tahu.
.
.
.
.
“Kim Jongin!!” teriak Soojung saat ia dan Jongin kembali
berpapasan. Jongin yang sudah melewati Soojung segera berhenti dan berbalik.
Soojung sedang menatapnya tajam.
“Kau memanggilku?” jongin menunjuk dirinya sendiri. Dan demi kucing
tetangga author yang beranak lima---Soojung ingin sekali membunuh Jongin.
“Kau tak mengenaliku? Tak ingat padaku? Aku Jung Soojung sahabatmu
Jongin.” Soojung berusaha menahan emosinya.
“Oh, Soojung. Gadis bodoh yang sangat dangkal dalam pelajaran
fisika ‘kan?” Soojung merasa ada sengatan panas dalam hatinya karna kalimat
Jongin yang mengucapkannya dengan ekspresi—memang penting banget mengingatmu?
Emosi Soojung memuncak. Jongin tahu itu tapi ekspresinya masih sama
saja, terlihat malas berinteraksi dengan Soojung.
“Kau.. apa yang salah denganku?” Soojung geram.
“Aku hanya membencimu.” Soojung membeku mendengar kalimat itu
diucapkan oleh lelaki yang dulu pernah dicintainya atau mungkin sekarang malah
masih ia cintai.
“Kurasa ini hanya buang-buang waktu saja.” Jongin berlalu
meninggalkan Soojung yang masih membeku. Soojung mengerjapkan matanya yang
mulai mengabur dan butiran bening jatuh membasahi pipinya. Hatinya sangat
sakit.
.
.
.
Soojung menangis sesenggukan, semilir angin membuat rambutnya
berterbangan. Ia memandang sejauh matanya bisa memandang.
“Aku memang bodoh. Otakku memang seperti udang.” Soojung berucapa
dalam tangisnya.
“Aku memang selalu mendapat nilai kecil untuk pelajaran fisika.”
“Tapi apa hanya itu yang harus kau ingat?” lanjutnya dan masih
menangis.
“Kau jauh lebih bodoh karena melupakan sahabat sebaik aku.” Soojung
mengelap mata dan hidungnya yang berair dengan lengannya. Soojung berani
bertaruh, siapapun yang melihat keadaannya saat ini pasti akan menatapnya aneh.
Duduk bersila bersandar didinding, rambut yang sedikit berantakan, wajah yang
penuh air dan berbicara sendiri. Tapi untung saja ini diatap sekolah yang
jarang dikunjungi para siswa.
“Kau butuh seseorang unuk mengelap air matamu?” soojung langsung
diam meski dirinya masih sesenggukan, disampingnya kini telah ada Sehun yang
menyodorkan sapu tangan dan tidak lupa senyum manis yang terbingkai diwajahnya.
“Ka..kau.. kenapa kau disini?”
“Aku? aku tadi lihat kau berlari kesini dengan menangis. Kurasa kau
ada masalah dengan anak baru pindahan dari amerika itu.” Soojung hanya mengangguk
sambil membersihkan wajahnya.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi aku bisa menjadi cermin
untukmu.”
“Cermin?”
Sehun mengangguk, “Ya. Menghadaplah kesini.” Sehun memegang pundak
Soojung dan membawa gadis itu menghadap dirinya.
“Kau bisa mengatakan apapun yang ingin kau katakan.”
“Apapun? Marah-marah juga bisa?” sehun tersenyum sebelum
mengangguk.
“Ya!! Kim Jongin!!” Soojung menunjuk Sehun dengan jari telunjuknya.
Begitu juga dengan Sehun, pemuda itu menunjuk Soojung dan mulutnya
berkomat-kamit menirukan Soojung. Soojung yang heran pun menurunkan jarinya
yang berada didepan wajah pemuda berambut pirang itu.
“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Soojung menyelidik.
“Aku cerminmu Soojung.” Soojung memang bodoh tapi ia paham apa yang
dimaksud oleh Sehun. Soojung tertawa geli sebelum kembali memasang ekspresi
geram.
“Ya!!! Kim Jongin!! Dasar anak kutu buku. Norak. Tidak pandai
bergaul. Hitam. Hidung pesek. Menyebalkan! Kau tidak ingin mengakuiku sebagai
sahabatmu lagi, huhh? Kau kira aku mau? Aku membencimu. Aku benci pemuda yang
hanya main-main saja dengan wanita. Kau pikir itu keren? Kau pikir aku cemburu
melihatnya? BIG NOOOOO!” Soojung terengah-engah ketika selesai mengatakan semua
yang terlintas dipikirannya.
“Sudah lega?” sehun tertawa geli. Ya. Tingkah Soojung yang
berapi-api namun polos semakin membuat dirinya tertarik.
“Terima kasih Sehun.” Soojung tersenyum pada Sehun. Membuat Sehun
merasa ada yang berdesir aneh ketika melihat Soojung mengatakanitu dengan
sangat tulus.
“Untuk bolanya, untuk tumpangannya dan juga untuk bertingkah gila
hanya demi menjadi cerminku.” Lanjut Soojung. Sehun membeku sebelum akhirnya ia
menyentuh pipi gadis yang sedang tersenyum padanya itu.
“Sama-sama Soojung.”
.
.
.
.
Kim Jongin berjalan menuju kelas yang berada tepat disamping
kelasnya, yang berarti adalah kelas Soojung dan Seulgi. Begitu sudah hampir
sampai didepan pintu pemuda itu menghentikan langkahnya karena Soojung dan
Seulgi tepat berada dipintu untuk keluar dari kelas.
“Kai..” suara teriakan seorang gadis dari dalam kelas diikuti suara
derap langkah yang ternyata adalah Naeun. Sontak Soojung dan Seulgi langsung
minggir agar tidak ditabrak oleh Naeun. Jongin langsung tersenyum begitu Naeun
menghampirinya sedang Soojung menatap Jongin dengan tatapan datar.
Sebenarnya hatinya sesak saat melihat Jongin mesra dengan wanita
lain tapi ia tidak boleh menunjukkannya pada pemuda itu jika tidak ingin dihina
seperti tadi. Dan benar saja, kini Jongin sedang memandangnya yang mulai
berjalan dengan sangat santai bersama Seulgi seperti tidak terjadi apa-apa.
“Kai..” suara Naeun mengembalikannya kealam nyata. Jongin tergagap
yang membuat Naeun sedikit mencurigainya dan menatap objek yang tadi dipandang
Jongin.
“Kau tertarik dengan Soojung?” tanya Naeun menyelidik.
“Itu tidak mungkin. Aku bahkan tidak mengenalnya.” Jongin mencoba
beralasan. Naeun terlihat tetap curiga tapi Jongin berusaha untuk keluar dari
topik yang menyangkut nama Soojung.
“Sudahlah, ayo kita pergi.” Ajak Jongin yang langsung diiyakan oleh
Naeun.
.
.
.
.
.
Kim Jongin mengacak rambutnya kasar saat ia teringat bagaimana
Soojung memandangnya dan Naeun dengan tatapan datar. Ia benci tatapan itu.
“Arghhhh...” Jongin berteriak.
Ya. Jongin sangat membenci Soojung ketika wanita itu tak tersenyum.
Jongin benci tatapan datar Soojung. Jongin benci Soojung yang sangat bodoh.