Rabu, 27 Januari 2016

bla blaa blaaa

Diposting oleh Unknown di 06.00 0 komentar


Hari ini... :)
Kenapa begitu menyenangkan? Aku sangat bahagia. Ya! Ini membuatku tak bisa berhenti tersenyum memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Baiklah semua berawal dari aku yang entah kenapa tiba-tiba ingin mengiriminya pesan.
Hujan, isi smsku malam itu. Karena tadi malam memang benar-benarr hujan. Dan dari situlah, smsan pun berlanjut hingga siang ini. Aku senang. Kenapa? Entahlah, saat ini memang tak ada satupun niatku untuk mendekatimu lagi tapi yang aku tau aku masih sangat bahagia meski hanya menerima sedikit perhatian dia. Ya! Aku tak akan mengingkarinya, aku memang masih mencintai dia. Sama. Dan tak berkurang sedikitpun.
Kamu tahu? Kata penyemangatmu barusan bagaikan sebuah charger. Energi yang entah sejak kapan hilang perlahan muncul lagi. Aku benar-banar semangat... :D
Kamu tenang saja, :) aku tak akan mengusikmu. Aku hanya akan menjadi teman yang baik untukkmu. Hanya itu, karena meskipun hanya begitu aku sudah sangat bahagia.

Rain 2 (Kaistal)

Diposting oleh Unknown di 05.41 0 komentar
Rain 2
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin & Oh Sehun

Happy reading ^^



Sehun mengambil bola yang menggelinding dan berhenti tepat dikakinya. Dan Soojung—si pengejar bola itu tampak tak bereaksi apa-apa selain mulutnya yang menganga karena terkejut. Sehun tertawa geli lalu melangkah mendekati Soojung.
“Kau lucu.” Ucap Sehun dengan tersenyum manis sembari menyerahkan bola itu pada Soojung. Tapi bukannya segera mengambil bola yang sudah disodorkan itu dan mengucapkan terima kasih, Soojung malah bersuara yang tidak seharusnya ia keluarkan dari tenggorokannya.
“Mwooo?” ucap Soojung sangat keras dengan mata yang membulat. Ia sangat terkejut ketika Sehun mengatakan jika ia lucu. Namun sedetik kemudian ia bersikap senormal mungkin karena beberapa orang kini tengah berkasak-kusuk menyebut namanya. Bagus. Sekarang ia menjadi perhatian orang-orang karena interaksinya dengan Sehun yang notabene adalah sang Ice Prince. Sehun terlihat sedikit terkejut dengan sikap spontan Soojung namun kamudian Sehun malah tersenyum yang membuat Soojung tambah heran. Tentu saja heran, Sehun sangat murah senyum padanya dan tidak untuk gadis lain. Sama sekali tidak.
“Kau mengejar bola seperti anak kecil. Itu lucu, Jung Soojung.” Sehun semakin mendekat kearah Soojung dan kembali menyodorkan bola. Kali ini Soojung menerimanya.
“Kau bisa mengucapkan terima kasih lain kali saat kau sudah benar-benar ingin mengatakannya.” Dan Sehun tersenyum geli sebelum meninggalkan Soojung yang membeku.
Ya tuhan, Sehun jauh lebih tampan dijarak yang begitu dekat.                                         
“Soojung..” Seulgi menarik lengan Soojung membuat Soojung kembali dari kebekuannya.
“Kita semua menunggu bolanya dan kau malah mengobrol dengan Sehun.”
“Ya!!! Aku tidak mengobrol. Dia hanya menyerahkan bola ini.” Sanggah Soojung tak terima sambil mengangkat-angkat bola.
“Sama saja. Ngomong-ngomong dia bicara apa?”
“Kau marah-marah tapi akhirnya penasaran juga.” Soojung meledek Seulgi dan tertawa melihat ekspresi sebal milik Seulgi.
“Jung Soojung!! Kang Seulgi!! Lari mengelilingi lapangan satu kali karena kalian tidak serius dengan olahraga ini.” suara Minho Songsaenim menggelegar membuat kedua gadis yang namanya disebut itu membelalakknan mata tak percaya.
“Cepat! Atau kalian akan mendapakan nilai D.” Dan tidak ada pilihan lain bagi mereka selain berlari. Dan bukan Soojung serta Seulgi namanya jika tidak saling bertengkar dan saling menyalahkan.
.
.
.
“Eonni...” Soojung mengetuk pintu kamar kakaknya. Tapi tak ada sahutan dari dalam. Dengan hati-hati—karena nampan yang ia pegang, Soojung membuka pintu yang tak terkunci itu. Ternyata sang kakak sedang tidur. Soojung meletakkan nampan yang ia bawa dimeja lalu duduk disamping kakaknya yang terlihat sangat lelap itu. Ia tersenyum sambil merapikan anak rambut didahi kakaknya.
“Eonni cepat sembuh ya? Jika dia mencintai Eonni, dia pasti akan datang lagi pada eonni.” Soojung mengecup puncak kepala kakaknya sebelum beranjak dari duduknya untuk kembali kekamarnya yang terletak tepat disamping kamar kakaknya.
Soojung mengikat rambutnya asal-asalan sebelum ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Kakinya terasa sangat lelah karna harus berlari mengitari lapangan.
Drrttt drrrttt
Ponselnya bergetar. Soojung melihat layar ponselnya yang menampilkan ada sebuah pesan. Soojung memutar bola matanya malas saat mengetahui Kang Seulgi lah yang mengiriminya pesan.
“Yaa!!! Penyihir ayo kita kerumah Jongin bersama Chanyeol.” Seperti itulah pesan yang Seulgi kirimkan. Soojung terlihat berbinar namun sedetik kemudian raut wajahnya terlihat sebal.
“BIG NOOOOOO!!!!” Soojung menulis balasan untuk Seulgi. Ia terlalu malas untuk menemui Jongin setelah insiden ‘diacuhkan’ dijalan menuju toilet tadi.
“Wae?” Seulgi bertanya lagi dalam pesannya. Kali ini Soojung mengacuhkan pesan sahabatnya itu dan memilih untuk mengistirahatkan kakinya yang terasa ingin lepas dari tubuhnya.
“Hari ini sangat melelahkan” gumam Soojung pelan sebelum matanya terpejam.
.
.
.
.
Sehun menghentikan laju motornya saat melihat sesosok gadis berdiri disamping mobil yang sepertinya sedang mengalami gangguan. Gadis itu gelisah terlihat dari tingkahnya yang sedikit-sedikit melirik jam yang melingkar ditangannya. Sehun berusaha menajamkan pandangannya. Dan benar. Gadis itu adalah Jung Soojung, gadis yang akhir-akhir ini selalu menyita pikirannya. Sehun tersenyum lalu menyalakan motornya lagi dan menghampiri Soojung.
“Hai..” sapa Sehun membuat Soojung berbalik arah dan cukup terkejut ketika melihat Sehun tengah tersenyum sangat manis padanya---seperti senyum kemarin. Sehun melepas helmnya yang tadi hanya ia buka bagian kacanya saja.
“Ada masalah apa?” Sehun bertanya dengan senyum yang masih tercetak dibibirnya.
“Sepertinya sedang ada masalah dengan mobil ini dan ahjussi sedang memeriksanya.” Soojung membalas senyum Sehun. Kali ini tidak canggung seperti kemarin.
“Kurasa kau akan terlambat jika menunggu itu selesai diperbaiki. Kau ingin berangkat bersamaku?” Sehun menunggu jawaban Soojung yang tampak sedang menimbang-nimbang. Ini Oh Sehun. Bukan yang lain. Dan apa jadinya jika orang-orang menganggap mereka berkencan lalu Soojung akan dibully habis-habisan para penggemar Sehun? Ini bukan ide yang bagus tapi terlambat dipelajaran fisika malah jauh lebih buruk.
“Tapi kumohon berhenti sampai depan sekolah saja Sehun. Aku.. aku taku.....”
“Ya aku janji. Cepatlah naik atau kita akan terlambat bersama.” Akhirnya dengan pertimbangan yang sangat matang Soojung naik dimotor besar Sehun.
“Sehun.. sehun.. berhenti.” ucap Soojung saat motor yang mereka kendarai sudah hampir mencapai gerbang sekolah. Sehun dengan sangat berat hati menuruti kemauan Soojung. Ya. Ia harus bisa membuat Soojung memandangnya sebagai sosok yang dapat dipercaya dulu jika ingin membuat gadis itu jatuh dalam pesonanya.
“Kau yakin turun disini?” Sehun memastikan keinginan Soojung ketika gadis itu turun dari motornya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
“Ya. Aku akan berlari.” Sehun ingin protes tapi gadis berambut cokelat itu sudah berlari duluan. Sehun memandang Soojung yang tengah berlari. Rambut cokelatnya sedikt berkibar karena guncangan keras saat ia berlari. Diam-diam Sehun tersenyum. Bukan senyum manis seperti beberapa waktu yang lalu. Tapi senyum yang sedikit sulit untuk diartikan. Entahlah. Senyum Sehun memang seperti sebuah misteri.
.
.
.
Kim jongin tertawa mendengar cerita dari Naeun. Gadis berambut ikal itu terlihat bercerita sambil bergelayut manja dilengan Jongin. Tidak jarang juga Naeun menyentuh pipi Jongin dengan manja. Park chanyeol masuk kedalam kelas dan sangat terkejut ketika melihat skinship antara Jongin dan Naeun. Seingat chanyeol, dulu Jongin tidak pernah seperti itu. Jongin sangat membatasi hubungan dengan teman wanita dan teman wanitanya hanya ada Soojung dan Seulgi. Itupun tidak pernah melakukan kontak seintim itu.
Naeun terlihat terkejut dengan kedatangan Chanyeol, gadis itu segera melepaskan pelukannya dilengan Jongin tapi Jongin justru memeluk pundak Naeun. Chanyeol membelalakkan matanya.
“Hal seperti ini sangat wajar di amerika.” Seakan tahu apa yang ada dipikiran Chanyeol, Jongin menjelaskannya dengan seringaian dibibirnya.
“Aku kembali kekelasku ya, Kai?” Naeun beranjak dari duduknya.
“Jangan lupa nanti malam, baby.” Ucap Jongin seraya melepas rangkulannya.
“Kau mengganggu saja.” Celetuk Jongin pada Chanyeol setelah Naeun sudah tak terlihat.
“Sepertinya Soojung dan Seulgi akan menjauhimu. Kau tahu sendiri bukan, mereka berdua sangat membenci lelaki seperti itu.” Jongin hanya tertawa mendengar penuturan Chanyeol.
.
.
.
.
“Ya!!! Park Chanyeol!!!” teriak Soojung saat Chanyeol tiba-tiba mengambil roti yang akan Soojung makan.
“Aku lapar.” Roti itu kini sudah Chanyeol gigit dan pemuda jangkung itu sekarang duduk disamping Soojung.
“Kalian selalu saja seperti itu.” Seulgi tertawa menertawakan Soojung dan Chanyeol yang saling pukul. Tentu saja pukulan kecil.
“Ngomong-ngomong dimana Jongin?” seulgi kembali bersuara, membuat Soojung dan Chanyeol menghentikan pertengkaran kecil mereka.
“Dia sedang bersama Hyuna dikelas.”
“Hyuna?” Soojung terkejut. Hyuna adalah salah satu gadis paling seksi disekolahnya dan tentu saja Hyuna hanya mau bergaul dengan orang-orang populer. Tapi Jongin? Pemuda itu kan cukup pendiam dan tak akan mau bergaul dengan orang macam Hyuna?
“Ya. Kai sudah sangat berbeda. Kini tingkat keplayboyannya sudah melebihi aku. Tadi bersama Gayoung dan sekarang bersama Hyuna.” Chanyeol menjelaskan dengan mulut penuh makanan milik Soojung.
“Kai?”
“Dia bahkan tidak mau dipanggil Jongin. Katanya itu terdengar aneh karna sudah terbiasa dengan panggilan Kai saat di amerika.”
“Anak itu benar-benar...” Seulgi menggantungkan kalimatnya dan matanya sedang terbelalak kaget memandang kearah pintu masuk kantin. Soojung dan Chanyeol langsung menoleh kebelakang dan mata mereka menangkap Jongin sedang berjalan dengan Hyuna yang menggelayut manja dilengan kiri Jongin.
“Heol...is he crazy?” Soojung kini menatap Chanyeol yang tampak memasang muka---jangan tanya aku.
Seulgi tersenyum geli menatap Soojung yang tampak sangat tidak suka. Hanya Seulgi yang tahu cerita sebenarnya. Hanya Seulgi yang tahu bahwa Soojung sangat menyukai Jongin. Ya. Chanyeol dan Jongin tidak pernah tahu.
.
.
.
.
“Kim Jongin!!” teriak Soojung saat ia dan Jongin kembali berpapasan. Jongin yang sudah melewati Soojung segera berhenti dan berbalik. Soojung sedang menatapnya tajam.
“Kau memanggilku?” jongin menunjuk dirinya sendiri. Dan demi kucing tetangga author yang beranak lima---Soojung ingin sekali membunuh Jongin.
“Kau tak mengenaliku? Tak ingat padaku? Aku Jung Soojung sahabatmu Jongin.” Soojung berusaha menahan emosinya.
“Oh, Soojung. Gadis bodoh yang sangat dangkal dalam pelajaran fisika ‘kan?” Soojung merasa ada sengatan panas dalam hatinya karna kalimat Jongin yang mengucapkannya dengan ekspresi—memang penting banget mengingatmu?
Emosi Soojung memuncak. Jongin tahu itu tapi ekspresinya masih sama saja, terlihat malas berinteraksi dengan Soojung.
“Kau.. apa yang salah denganku?” Soojung geram.
“Aku hanya membencimu.” Soojung membeku mendengar kalimat itu diucapkan oleh lelaki yang dulu pernah dicintainya atau mungkin sekarang malah masih ia cintai.
“Kurasa ini hanya buang-buang waktu saja.” Jongin berlalu meninggalkan Soojung yang masih membeku. Soojung mengerjapkan matanya yang mulai mengabur dan butiran bening jatuh membasahi pipinya. Hatinya sangat sakit.
.
.
.
Soojung menangis sesenggukan, semilir angin membuat rambutnya berterbangan. Ia memandang sejauh matanya bisa memandang.
“Aku memang bodoh. Otakku memang seperti udang.” Soojung berucapa dalam tangisnya.
“Aku memang selalu mendapat nilai kecil untuk pelajaran fisika.”
“Tapi apa hanya itu yang harus kau ingat?” lanjutnya dan masih menangis.
“Kau jauh lebih bodoh karena melupakan sahabat sebaik aku.” Soojung mengelap mata dan hidungnya yang berair dengan lengannya. Soojung berani bertaruh, siapapun yang melihat keadaannya saat ini pasti akan menatapnya aneh. Duduk bersila bersandar didinding, rambut yang sedikit berantakan, wajah yang penuh air dan berbicara sendiri. Tapi untung saja ini diatap sekolah yang jarang dikunjungi para siswa.
“Kau butuh seseorang unuk mengelap air matamu?” soojung langsung diam meski dirinya masih sesenggukan, disampingnya kini telah ada Sehun yang menyodorkan sapu tangan dan tidak lupa senyum manis yang terbingkai diwajahnya.
“Ka..kau.. kenapa kau disini?”
“Aku? aku tadi lihat kau berlari kesini dengan menangis. Kurasa kau ada masalah dengan anak baru pindahan dari amerika itu.” Soojung hanya mengangguk sambil membersihkan wajahnya.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi aku bisa menjadi cermin untukmu.”
“Cermin?”
Sehun mengangguk, “Ya. Menghadaplah kesini.” Sehun memegang pundak Soojung dan membawa gadis itu menghadap dirinya.
“Kau bisa mengatakan apapun yang ingin kau katakan.”
“Apapun? Marah-marah juga bisa?” sehun tersenyum sebelum mengangguk.
“Ya!! Kim Jongin!!” Soojung menunjuk Sehun dengan jari telunjuknya. Begitu juga dengan Sehun, pemuda itu menunjuk Soojung dan mulutnya berkomat-kamit menirukan Soojung. Soojung yang heran pun menurunkan jarinya yang berada didepan wajah pemuda berambut pirang itu.
“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Soojung menyelidik.
“Aku cerminmu Soojung.” Soojung memang bodoh tapi ia paham apa yang dimaksud oleh Sehun. Soojung tertawa geli sebelum kembali memasang ekspresi geram.
“Ya!!! Kim Jongin!! Dasar anak kutu buku. Norak. Tidak pandai bergaul. Hitam. Hidung pesek. Menyebalkan! Kau tidak ingin mengakuiku sebagai sahabatmu lagi, huhh? Kau kira aku mau? Aku membencimu. Aku benci pemuda yang hanya main-main saja dengan wanita. Kau pikir itu keren? Kau pikir aku cemburu melihatnya? BIG NOOOOO!” Soojung terengah-engah ketika selesai mengatakan semua yang terlintas dipikirannya.
“Sudah lega?” sehun tertawa geli. Ya. Tingkah Soojung yang berapi-api namun polos semakin membuat dirinya tertarik.
“Terima kasih Sehun.” Soojung tersenyum pada Sehun. Membuat Sehun merasa ada yang berdesir aneh ketika melihat Soojung mengatakanitu dengan sangat tulus.
“Untuk bolanya, untuk tumpangannya dan juga untuk bertingkah gila hanya demi menjadi cerminku.” Lanjut Soojung. Sehun membeku sebelum akhirnya ia menyentuh pipi gadis yang sedang tersenyum padanya itu.
“Sama-sama Soojung.”
.
.
.
.
Kim Jongin berjalan menuju kelas yang berada tepat disamping kelasnya, yang berarti adalah kelas Soojung dan Seulgi. Begitu sudah hampir sampai didepan pintu pemuda itu menghentikan langkahnya karena Soojung dan Seulgi tepat berada dipintu untuk keluar dari kelas.
“Kai..” suara teriakan seorang gadis dari dalam kelas diikuti suara derap langkah yang ternyata adalah Naeun. Sontak Soojung dan Seulgi langsung minggir agar tidak ditabrak oleh Naeun. Jongin langsung tersenyum begitu Naeun menghampirinya sedang Soojung menatap Jongin dengan tatapan datar.
Sebenarnya hatinya sesak saat melihat Jongin mesra dengan wanita lain tapi ia tidak boleh menunjukkannya pada pemuda itu jika tidak ingin dihina seperti tadi. Dan benar saja, kini Jongin sedang memandangnya yang mulai berjalan dengan sangat santai bersama Seulgi seperti tidak terjadi apa-apa.
“Kai..” suara Naeun mengembalikannya kealam nyata. Jongin tergagap yang membuat Naeun sedikit mencurigainya dan menatap objek yang tadi dipandang Jongin.
“Kau tertarik dengan Soojung?” tanya Naeun menyelidik.
“Itu tidak mungkin. Aku bahkan tidak mengenalnya.” Jongin mencoba beralasan. Naeun terlihat tetap curiga tapi Jongin berusaha untuk keluar dari topik yang menyangkut nama Soojung.
“Sudahlah, ayo kita pergi.” Ajak Jongin yang langsung diiyakan oleh Naeun.
.
.
.
.
.
Kim Jongin mengacak rambutnya kasar saat ia teringat bagaimana Soojung memandangnya dan Naeun dengan tatapan datar. Ia benci tatapan itu.
“Arghhhh...” Jongin berteriak.
Ya. Jongin sangat membenci Soojung ketika wanita itu tak tersenyum. Jongin benci tatapan datar Soojung. Jongin benci Soojung yang sangat bodoh.

Rain 1 (Kaistal)

Diposting oleh Unknown di 05.33 0 komentar


Title : RAIN
Cast : Jung Soojung, Kim Jongin & Oh Sehun


Happy Reading ^^

“Hahhh!” Soojung menutup mulutnya dengan tangan karena terkejut ketika baru saja matanya menangkap sosok lelaki yang sangat ia kenali. Dijarak sekitar sepuluh meter dari tempatnya berdiri, sosok yang membuat Soojung terkejut itu tampak sedang bercengkerama bersama Park Chanyeol yang bersandar didinding.
“Soojung, kau kenapa?” Seulgi menatap Soojung heran karena Soojung tiba-tiba saja membeku yang secara otomatis juga membuatnya ikut berhenti.
“Bukankah itu Kim Jongin?” Soojung menunjuk dengan dagunya pada sosok yang membuatnya menghentikan langkah itu.
“Ahh kau benar. Itu Jongin. Tapi bukankah dia di Amerika?” Seulgi malah bertanya pada Soojung yang membuat Soojung sebal. Tentu saja Soojung tidak tahu.
“Molla. Apa dia pindah?” Kini Soojung yang membuat Seulgi sebal. Tentu saja Seulgi tidak tahu. Seulgi hendak menjawab tapi suara Soojung mendahuluinya.
“Tentu saja kau tidak tahu. Iya kan?” Ejek Soojung sambil tertawa lalu berbalik arah. Seulgi sempat terbengong sebentar saat Soojung memutar arah. Tentu saja temannya dari SMP itu tidak ingin berjalan melewati sahabat laki-lakinya itu. Ya. Kim Jongin adalah sahabat Jung Soojung bersama-sama dengan Kang Seulgi dan Park Chanyeol. Seulgi segera berlari mensejajarkan langkahnya menyusul Soojung yang berjalan cepat didepannya.
“Ya Jung Soojung, kenapa harus menghindar? Harusnya kita menyapa Jongin karena sudah satu tahun kita tidak bertemu dengannya.” Seulgi mengoceh panjang lebar yang hanya ditanggapi Soojung dengan sebuah cengiran.
“Aku kan masih marah padanya.”
#Rain
“Jongin...” Soojung memukul-mukul pelan lengan Jongin yang masih berkutat dengan bukunya. Pemuda berambut cokelat dengan poni yang menutupi dahinya itu segera menoleh pada Soojung yang sedang ber-aegyo. Jongin mendesah pelan sebelum bersuara.
“Wae?”
“Ayo kita membolos. Kali ini saja.” Soojung masih bersikukuh untuk mengajak sahabat kesayangannya itu untuk membolos. Jongin memandang Soojung dengan pandangan yang sudah sangat Soojung hafal.
“Aku tidak mau. Pergi saja bersama Park Chanyeol atau Kang Seulgi. Kau akan mengatakan itu kan?” Soojung mengatakannya dengan nada yang dibuat-buat agar terkesan seperti ia sedang marah tapi yang terdengar ditelinga Jongin justru malah terdengar sangat lucu membuat pemuda itu tak dapat menolak permintaan Soojung. Yahh, membolos sekali tidak apa kan? Hanya sekali ini saja.
“Tidak.” Raut wajah Soojung terlihat berbinar ketika Jongin mengatakan ‘tidak’. Soojung tersenyum manja dan menaikkan sebelah alisnya, “lalu?” ucap Soojung meminta penjelasan yang lebih.
“Ayo kita membolos. Untuk pertama dan terakhir kali tentu saja.”
“Kau mengatakan itu untuk dirimu sendiri. Aku kan sudah sering membolos, jadi mana mungkin ini yang pertama.” Soojung mengerucutkan bibirnya sebal dengan kalimat yang Jongin ucapkan. Jongin tertawa ringan sebelum ia berkemas, memasukkan semua buku pelajaran.
“Aku ingin mengajak Seulgi dan Chanyeol.” Soojung mengambil ponselnya dari saku seragamnya. Jongin melongo ketika Soojung secara terang-terangan memegang ponsel.
“Kau juga membawa ponsel meski tahu tidak diperbolehkan? Kau benar-benar...”
“Shut up. Berisik.” Jongin segera merebut ponsel Soojung dan mengantonginya.
“Apa yang kau...”
“Kita membolos berdua. Hanya berdua saja.” Sela Jongin sambil menarik tangan Soojung.
.
.
“Ahhhhh lega sekali rasanya.” Soojung merentangkan tangannya dengan kepala yang mendongak kelangit. Jongin diam-diam tersenyum mengamati tingkah Soojung. Keputusannya kali ini memang tepat untuk membolos. Setidaknya ia bisa melihat senyum dan tawa Soojung hanya seorang diri tanpa harus berbagi dengan Kim Taehyung yang sering memperhatikan Soojung. Dan juga, hari ini Soojung terlihat lebih cantik dari biasanya.
Arrrgghhh... Jongin segera menggeleng-gelengkan kepalanya. Pikiran macam apa itu? Memalukan.
“Jongin.. sepertinya hujan akan turun. Bagaimana ini?” Soojung terlihat bingung. Dan belum sempat Jongin menjawab, butiran-butiran bening seperti kristal jatuh mengenai tubuh mereka. Jongin lantas menarik tangan Soojung membawanya berlari untuk mencari tempat berteduh.
Dan disinilah sekarang mereka berada, didepan sebuah toko yang telah tutup. Soojung menggesek-gesekkan telapak tangannya agar terasa hangat. Jongin mengamatinya.  Wajah Soojung yang datar, gerakan-gerakan ringannya saat menggesek telapak tangannya membuat rambut yang Soojung selipkan ditelinga jatuh menutupi wajahnya sehingga wajah yang menjadi objek pandangan Jongin sedikit tertutupi. Tiba-tiba entah keberanian datang darimana, tangan Jongin terulur menyibakkan rambut yang terjatuh itu kembali ketempatnya. Soojung menoleh kekanan yang berarti menjadikan matanya bertemu secara langsung dengan mata Jongin. Dan disinilah Soojung kembali merasakan jutaan kupu-kupu berterbangan diperutnya, juga jantungnya yang berdebar lebih kencang dari biasanya ketika ia memandang tepat pada mata Kim Jongin. Soojung masih ingat ketika pertama kali ia merasakan perasaan aneh ini. Ketika awal mula ia bertemu dengan Jongin saat pemuda berkulit tan itu membantunya berdiri karena terjatuh saat bola basket yang dioper Chanyeol tepat mengenai kepalanya. Dan sudah hampir dua tahun, ia masih saja merasakan perasaan itu. Soojung tersadar dan segera memukul tangan Jongin yang masih berada diatas telinganya. Tampaknya Jongin terbawa suasana karena hujan. Jongin segera menurunkan tangannya dan menunduk. Canggung.
“Aku benci hujan.” Kalimat yang Jongin ucapkan mampu membuat Soojung menoleh dan menatapnya heran. Sedetik kemudian Soojung tertawa keras.
“Bukannya kau suka sekali dengan hujan?” Soojung masih tertawa. Namun tawanya pelan-pelan memudar saat ia melihat Jongin masih menunduk.
“Tapi aku sekarang benci hujan.” ucapnya sangat pelan. bahkan Soojung tidak akan mendengar jika gadis itu kini tidak sedang menatapnya intens.
“Kau sangat menyukai hujan.” Soojung tersenyum aneh saat mengatakannya.
“Aku bilang aku tidak suka hujan, Jung Soojung. Kenapa kau cerewet sekali, huhh?” bentak Jongin pada Soojung yang membuat gadis itu sangat terkejut. Tidak pernah ia melihat Jongin semarah ini. Dan ini hanya masalah sangat sepele. Ya tuhan... hanya karena hujan?
Dan keterkejutan Soojung bertambah dua kali lipat saat tiba-tiba Jongin berlari menerobos hujan meninggalkannya yang masih terpaku. Dan perlahan butiran bening jatuh dipipi Soojung.
#Rain
.
.
.
Soojung memegang dadanya. Jantungnya berdetak normal dan tidak ada jutaan kupu-kupu yang berterbangan, yang ada hanyalah suara dari cacing diperutnya~lapar~. Soojung meringis pada Seulgi yang tertawa geli saat mendengar jeritan para cacing diperut Soojung.
“Jadi kenapa kau memegangi dadamu?” tanya Seulgi saat mereka sudah berada dikantin sekolah.
“Jantungku biasa saja saat aku melihat Jongin.” Jawab Soojung dengan mulut yang penuh makanan.
“Taentu saja, kau kan tidak melihat tepat dimatanya.”
“Ahh.. aku lupa itu.”
“Jadi kau masih marah padanya?”
“Tentu saja. Dia meninggalkanku dengan sangat kejam.”
“Tapi kurasa ia kembali kesini untuk meminta maaf padamu.” Ucapan Seulgi membuat Soojung berbinar.
“Benarkah? Semoga saja.” Soojung kegirangan.
.
.
.
.
.
Kim Jongin tertawa mendengar cerita dari Park Chanyeol. Ia sangat merindukan sahabat-sahabatnya, Park Chanyeol, Kang Seulgi dan tentu saja Jung Soojung. Tapi dimana kini Jung Soojung? Ia sama sekali belum melihat sahabatnya yang satu itu.
“Kau berbeda sekali sekarang.” Kalimat yang dilontarkan Chanyeol membuatnya kembali kealam nyata. Jongin tertawa.
“Ya. Ini bukan Jongin yang hanya menghabiskan hari bersama tumpukan buku pelajaran tapi Kai yang dikelilingi wanita-wanita cantik.” Jongin mengatakannya sembari menggoda gadis yang lewat dengan tatapan matanya yang terlihat seksi. Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya pura-pura tak percaya.
“Bagus jadi aku tidak perlu malu bersahabat dengan kutu buku seperti dulu.” Jongin tertawa.
“Bersiaplah menjadi sahabat Kai, calon murid populer.” Jongin merangkul pundak Chanyeol yang lebih tinggi darinya.
“Tapi untuk menggulirkan gelar itu dari Oh Sehun sangatlah susah, Kim Jongin.” Chanyeol meledek Jongin.
“Kita lihat saja nanti.” Jongin menaikkan alisnya dan menyeringai.
“Dan ngomong-ngomong, panggil aku Kai. Aku sudah lama tidak dipanggil Jongin jadi sangat aneh ketika mendengarnya lagi.”
“Jadi kau di amerika dipanggil Kai?”
“Tentu saja. Keren bukan?”
.
.
.
Oh Sehun tersenyum ketika melihat gadis yang sangat ia hafal berlari-lari dilapangan mengejar bola basket yang menggelinding. Gadis pemilik rambut cokelat yang dikuncir asal-asalan itu tampak terlihat begitu lelah karena bola yang ia kejar terus saja bergerak menjauhinya.
“Jung Soojung.” Gumam Sehun pelan.
.
.
.
.
Kim Jongin menyipitkan matanya untuk memperjelas pandangannya yang terganggu oleh sinar matahari. Dilapangan sana tampak sosok yang sangat ia kenal sedang menjadi pusat perhatian orang lain bukan karena kecantikannya tapi karena sosok pemuda tinggi berkulit putih dan berambut pirang lah yang membuat Soojung menjadi pusat perhatian. Tentu saja, saat ini pemuda pirang itu sedang tersenyum dan menatap mata Soojung dalam yang membuat Soojung terlihat sangat terkejut.
“Mereka berkencan?” Jongin bertanya pada Chanyeol yang juga memandang dua anak manusia itu.
“Ini bahkan pertama kalinya aku melihat Sehun tersenyum sangat manis pada seorang gadis.”
“Benarkah?”
“Benar. Setelah ini aku akan menemui Soojung dan bertanya apa yang diucapkan Sehun padanya.” Chanyeol tampak berapi-api.
“Ya!!! Itu memalukan bodoh.”
“Ani. Soojung kan masih sahabatku.” Dan Jongin hanya mampu diam.
.
.
.
Jongin berjalan sendirian menuju toilet dan dari arah berlawanan tampak Sooojung berjalan dari toilet. Ini adalah kali pertama mereka bertemu secara langsung setelah satu tahun. Dan Soojung, gadis itu teramat senang bisa melihat sahabatnya itu lagi. Dan Soojung menghentikan langkahnya, menyambut Jongin yang semakin mendekatinya sambil tersenyum.
“Jongin, kau kem.....” Soojung membiarkan kalimatnya mengambang tanpa terselesaikan. Ya. Jongin melewatinya begitu saja tanpa senyum ataupun sapaan. Hanya tatapan sekilas dan demi apapun Soojung berani bertaruh, tatapannya datar~layaknya orang yang tidak saling mengenal~.
Soojung melongo saat Jongin tak sedikitpun menoleh kebelakang. Dan rasanya jika membunuh itu diperbolehkan tanpa harus berurusan dengan hukum, ingin sekali Soojung membunuh sahabatnya yang belagu itu.
.
.
.
“Eomma.. aku pulang.” Soojung segera membuka lemari pendingin dan langsung menegak air dingin. Ibunya yang sedang menyiapkan seperangkat obat-obatan dan makanan terlihat sangat telaten dan  teliti.
“Apa Eonni sakit lagi?” nyonya Jung hanya tersenyum menanggapi pertanyaan putrinya.
“Biar aku saja yang mengantar Eomma.” Soojung merebut nampan yang sudah disiapkan ibunya dan membawanya naik kelantai dua. Kekamar kakaknya.
.
.
.
Sehun memandangi foto seorang gadis yang ada dilayar ponselnya. Berkali-kali ia menzoom foto itu agar dapat memperhatikan lebih detail dari setiap inci wajah si gadis. Ia tersenyum namun senyumnya bukan senyum yang bahagia, tapi senyum yang terlihat sangat menyedihkan. Ya. Siapa yang tahu dibalik kepopulerannya, pemuda itu sangatlah rapuh.
 

yulyuraaa Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos